Tuesday 14 July 2015

TCID (PT. Mandom Indonesia Tbk.)

JAKARTA. Kontan.co.id. Musibah kebakaran yang melanda pabrik baru milik PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) Jumat lalu berpotensi mengganggu kinerja perusahaan. Pasalnya, ada satu lini produksi yang dipastikan tidak bisa lagi digunakan untuk produksi akibat kebakaran tersebut.
"Untuk lini produksi aerosol sudah tidak bisa lagi digunakan. Lini ini untuk memproduksi produk seperti deodoran," jelas Alia Dewi, Sekretaris Perusahaan Mandom Indonesia kepada KONTAN, Senin (13/7).
Namun, dia belum bisa merinci berapa kapasitas produksi lini tersebut. Sedikit gambaran, jika melihat jenisnya, produk tersebut masuk kedalam produk wangi-wangian.
Hingga kuartal I tahun ini, penjualan wangi-wangian yang diproduksi emiten dengan kode saham TCID di Bursa Efek Indonesia tersebut tercatat Rp 170,87 miliar. Periode yang sama tahun sebelumnya tercatat Rp 154,81 miliar.
Alia memastikan, hanya lini aerosol yang tidak bisa digunakan kembali, sementara link lainnya masih bisa beroperasi dengan normal. "Ini sedang kami pikirkan concern kemana, apa (lini produksi aeroso) mau dipindah atau seperti apa," imbuhnya.

Peringkat Saham 5 Perusahaan versi Investor Tale

Agar berguna bagi para pembacanya, Investor Tale akan menerbitkan peringkat saham-saham yang ada di BEI. Untuk saat ini perhitungan akan didasarkan pada Price Earning Ratio (PER) perusahaan. Kedepannya tentu saja akan banyak perhitungan lain yang akan disertakan. Semoga bermanfaat.
1. PT. Telkom Indonesia (TLKM) 76.24 X
2. PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) 93.53 x
3. PT. Jasamarga (JSMR) 118.65 x
4. PT. Unilever Indonesia (UNVR) 191.23 x
5. PT. Adhi Karya Persero Tbk (ADHI) 444.07 x

Monday 6 July 2015

Semen Indonesia optimis pertahankan pangsa pasar

AMRT (PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk)

Detik Finance - Jakarta -Pemilik gerai Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 1 triliun di bulan ini.

Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan I senilai total Rp 2 triliun. Surat utang ini akan diterbitkan dalam dua seri, yaitu seri A yang akan jatuh tempo pada 8 Mei 2018, dan seri B pada 8 Mei 2020.

Presiden Direktur Perseroan Anggara Hans Prawira mengatakan, penerbitan obligasi ini untuk menutupi utang perseroan sebelumnya alias refinancing.

"Obligasi Rp 2 triliun, yang Rp 1 triliun sudah selesai, kita mau ngambil lagi yang Rp 1 triliun, bulan ini beres," ujarnya saat buka puasa bersama media di kawasan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (6/7/2015).

Obligasi tersebut, sebesar 50% digunakan untuk membayar jumlah utang jangka pendek (revolving) kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), sisanya sebesar 50% lagi digunakan untuk membayar utang PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

"Tahun ini dari bonds cuma untuk refinancing," katanya.

Perseroan juga menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun yang keseluruhan dananya berasal dari internal Capex ini akan digunakan untuk ekspansi gerai dan Distribution Center (DC) baru serta peremajaan existing gerai.

"Capex Rp 2 triliun termasuk toko, DC, renovasi," terangnya.

Hans mengungkapkan, di tengah perlambatan ekonomi pihaknya masih optimis bisa mencetak kinerja yang lebih baik. Perseroan membidik kenaikan angka penjualan sebesar 15% tahun ini.

Menurutnya, seiring penyerapan belanja pemerintah yang lebih agresif, perekonomian juga semakin baik sehingga mendorong kinerja perseroan lebih positif.

"Kita lihat kuartal satu ekonomi jelek sekali, tapi ada recovery lumayan di industri kita, semua orang belanja ya, kita akan tumbuh setelah lebaran, kita cukup optimis," ujarnya.

Sepanjang kuartal I-2015, Sumber Alfaria mencatatkan pendapatan sebesar Rp 10,3 triliun atau naik 12,7% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 9,14 triliun.

Namun, perseroan masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 37,6 miliar. Pada kuartal I-2014, rugi bersih perseroan berada di posisi Rp 10,01 miliar.

"Yang kita takut sekali tentunya dolar, sekarang menguatnya lumayan, kalau dolarnya terus seperti ini kita agak ngeri karena semua komponen kan tidak semua lokal tapi ada impor, manufakturing komponen impornya tinggi, saat ini semua supplier nahan harga, tapi kalau melihat terus seperti ini rasanya supplier juga akan naikin harga, kira worry nya di situ, kalau dolar terus meningkat, mungkin harga kita nggak bisa nahan," imbuh Hans.

MTFN (PT. Capitalinc Investment Tbk)

Bareksa.com- PT Capitalinc Investment Tbk (MTFN) akhirnya dapat kembali diperdagangkan sejak sesi I hari ini, 2 Juli 2015 di pasar reguler dan pasar tunai. Pergerakan harga saham hingga penutupan hari ini MTFN bergerak naik 4,3 persen menjadi Rp72.
Saham MTFN disuspen oleh otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 3 Juni 2015 karena penurunan harga saham yang sangat signifikan sebesar 76,21 persen dari Rp290 menjadi Rp69 dari 17 April - 1 Juni 2015.
Sebelumnya MTFN juga sempat mengalami hal serupa, penurunan harga saham sebesar 60,43 persen sejak 17 April - 19 Mei. Karena itu dalam rangka cooling down otoritas Bursa menghentikan sementara perdagangan sahamnya pada 20 Mei.
Penurunan harga saham MTFN terjadi setelah pengunduran diri salah satu Direktur MTFN, Hendrayanto M. Sakti pada 17 April 2015 dan hasil laporan keuangan akhir 2014 yang disampaikan pada akhir Mei 2015  membukukan kerugian Rp1,57 triliun. Padahal tahun sebelumnya MTFN dapat mengantongi laba  Rp210 miliar
Buruknya kinerja MTFN pada 2014 disebabkan oleh anjloknya perlambatan pendapatan sebesar 64 persen menjadi Rp150 miliar dibanding tahun sebelumnya  Rp421 miliar. Pada 2014 divestasi entitas anak menyumbang Rp349 miliar terhadap total pendapatan induk.
Selain itu beban perusahaan yang sangat tinggi mencapai Rp1,67 triliun atau naik hingga 82,8 persen dari sebelumnya Rp288 miliar semakin menekan kerugian perusahaan karena kerugian penurunan nilai goodwill yang sangat tinggi hingga Rp1,23 triliun.
Sejak 17 April- 1 Juni 2015 Jasa Utama Capital (YB) tercatat sebagai broker penjual terbanyak saham MTFN hingga 21,6 juta lot atau Rp437,3 miliar atau 33,6 persen dari seluruh nilai transaksi yang mencapai Rp1,3 triliun.
Selain YB,  Wanteg Securindo juga banyak menjual MTFN sebanyak 6,8 juta lot senilai Rp150,5 miliar.

Sunday 31 May 2015

BWPT (PT Eagle High Plantation Tbk)

Bareksa.com - Baru empat bulan bergabung dengan Grup Rajawali, PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) sudah dilanda isu divestasi oleh induk usahanya tersebut. Kabar semakin santer ketika Komisaris Utama yang berasal dari Grup Rajawali mengundurkan diri. (baca juga: Ditinggal Komisaris Asal Rajawali; Saham BWPT Naik 7%)
Bahkan dua surat kabar yakni Bisnis dan Kontan pada 28 Mei 2015 menyebut bahwa Rajawali akan melepas sebesar 17 persen kepemilikannya. Kabarnya, Grup rajawali sedang melakukan negosiasi dengan investor asing yang berniat membeli saham BWPT di atas harga right issue Rp400 per saham. Padahal, sejak right issue sampai perdagangan kemarin, 28 Mei 2015 harga saham BWPT masih sulit melewati level tersebut.  (baca juga: MARKET FLASH: Rajawali Akan Lepas BWPT 17%)
Seberapa menarik BWPT setelah terkonsolidasi dengan grup Rajawali?
Setelah bergabung di akhir 2014, perusahaan yang dulunya bernama PT BW Plantation Tbk berubah nama menjadi PT Eagle High Plantation Tbk. Grup Rajawali menjadikan BWPT sebagai induk atas perusahaan sawit milik Rajawali yakni Green Eagle.
Sebelum bersatu dengan Rajawali, BWPT hanya memiliki kebun dengan luas area tertanam sebesar 69 ribu hektar -- 60 persen dari luas lahan sudah menghasilkan. Setelah bergabung, lahan tertanam melonjak menjadi 146 ribu hektar.
Sayangnya besarnya aset perkebunan Green Eagle juga masih berusia muda seperti lahan BWPT sebelumnya yang memiliki umur sekitar 8 sampai 8,5 tahun. Jadi luas lahan yang yang menghasilkan tidak berbeda jauh yakni masih sekitar 59 persen.

Kondisi ini berbeda dengan raksasa sawit seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT London Sumatra Plantations Tbk (LSIP), dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Kontribusi lahan menghasilkan terhadap total lahan yang dimiliki ketiga perusahaan tersebut diatas 80 persen.
Dalam analisis Bareksa, semakin besar persentase lahan menghasilkan semakin tinggi pula margin laba yang diperoleh. BWPT harus menyediakan modal lagi untuk memelihara luas lahan yang belum menghasilkan sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan AALI, LSIP dan SGRO.

Jika dilihat dari potensi lahan sebetulnya dengan bergabungnya Green Eagle ke BWPT, lahan yang dikembangkan meningkat menjadi 324 ribu hektar dari sebelumnya 129 ribu hektar. Luas lahan ini lebih luas dari SGRO yang hanya memiliki 233 ribu hektar.

Tetapi dalam pengembangannya BWPT membutuhkan dana yang besar. Kemungkinan ini yang melatarbelakangi grup Rajawali melakukan penjualan saham BWPT.

Karena selain mengembangkan lahan yang belum tertanam, BWPT harus mengeluarkan modal untuk membangun pabrik pengolahan kelapa sawit. Saat ini kapasitas produksi BWPT setelah bergabung hanya berkisar 280 ton TBS/jam. Jauh lebih kecil dibanding AALI yang memiliki kapasitas produksi 1.435 ton TBS/jam, LSIP 405 ton TBS/jam dan SGRO 455 ton TBS/jam.

"BWPT butuh dana besar, sehingga cari investor strategis. Tetapi investor tentu tidak mau dengan harga yang mahal," kata Nur Falah, manajer investasi PT Tugu Reasuransi Indonesia ketika dihubungi Bareksa.com
Berdasarkan valuasi price to earning ratio (PER), pada harga Rp407 per saham mencapai 24,76 kali. Padahal AALI yang merupakan perusahaan sawit terbesar di Indonesia saja memiliki PER hanya 21,54 kali. Jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang juga memiliki potensi pertumbuhan tinggi seperti BWPT yakni LSIP dan SGRO saat ini hanya memiliki PER 13,83 kali dan 11,28 kali.

"Jika harga jual diatas Rp400 relatif mahal, apalagi jumlah saham yang ditawarkan hanya berkisar 17 persen. Jadi tidak ada premium bagi investor untuk mengendalikan perusahaan," tambah Nur Falah. (np)




Sunday 12 April 2015

ADMF (PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk.)

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Karyawan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (Adira Finance) Cabang Manado 1 dan 2 melaksanakan nonton bareng (nobar) film "Nada untuk Asa" di Studio 21 Mantos, Minggu (12/4).
Penonton terhanyut dalam cerita film karya Charles Gozali yang dirilis 4 Februari 2015 ini. Film yang terinspirasi dari perjuangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) melawan stigma sosial ini bercerita tentang Nada (Marsha Timothy) yang berhadapan dengan tragedi. Ia dan bayinya positiv HIV karena terjangkit mendiang suaminya.
Cerita film berdurasi 98 menit ini didominasi kisah Nada dan anak bungsunya, Asa (Acha Septriasa) berjuang sebagai ODHA. Kisah Nada dan Asa yang dihadirkan bersamaan dalam alur maju mundur bercerita bagaimana mereka menerima 'hukuman' sosial hingga bangkit, menerima kenyataan dan sukses menjalani hidup.
Film yang dibintangi sejumlah artis ternama, Mathias Muchus, Wulan Guritno, Darius Sinathrya, Pongky Jikustik dan Butet Kertarejasa ini sukses 'mempermainkan' emosi dan empati karyawan yang didampingi suami/istri mereka.
Yoppy E Tulalo, Branch Manager Adira Finance Manado 1 mengatakan, film tersebut memberi inspirasi bagaimana masyarakat seharusnya memberi dukungan pada ODHA. "Bukan justru menghukum secara sosial, mengucilkan dan memberi stigma negatif. ODHA punya hak hidup yang sama dengan orang lannya," terang Tulalo.
Katanya, nobar tersebut merupakan program Kampanye Positif HIV/AIDS yang digagas Head Offica Adira dalam rangka edukasi pada karyawan dan keluarganya. Adira Finance memberi edukasi pentingnya keluarga sehat bahagia. "Karyawan sehat yang didukung penuh keluarganya, akan menghasilkan produktifitas kinerja perusahaan," katanya.

Tawarkan Kupon 6,9%, Garuda Terbitkan Sukuk Global

Bareksa.com - Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan melakukan penawaran sukuk global senilai $500 juta dengan kupon maksimum 6,9 persen per tahun.
Berdasarkan keterbukaan informasi perseroan, sukuk yang ditawarkan kepada investor internasional itu akan jatuh tempo dalam lima tahun. Pembayaran kupon dilakukan setiap enam bulan sekali.
GIAA akan menggunakan hasil penerbitan sukuk untuk membiayai kegiatan usaha perseroan termasuk pembiayaan kembali (refinancing) utang perseroan saat ini. Garuda Indonesia per 31 Desember 2014 memiliki utang jangka panjang $964,7 juta.
Dalam aksi korporasi ini, National Bank of Abu Dhabi dan Dubai Islamic Bank ditunjuk sebagai joint structuring advisor. Sebelumnya, GIAA baru saja mendapat pinjaman $100 juta dari BII untuk refinancing utang jatuh tempo pada semester pertama 2015.
Perseroan juga telah memperoleh pinjaman dari dua bank asal Timur Tengah senilai $400 juta yang akan digunakan untuk melunasi utang jatuh tempo. Garuda sendiri pada 2014 mengalami kerugian. Perusahaan pelat merah ini melaporkan rugi bersih senilai $371,97 juta setahun penuh, membalikkan untung $13,58 juta di tahun sebelumnya. Beban usaha perusahaan membengkak 14,62 persen.(al)

Friday 10 April 2015

BEKS (PT. Bank Pundi Indonesia Tbk.)

Logo Bank Pundi
Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia mengeluarkan peringatan Unusual Market Activity (UMA) kepada saham PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS). Pasalnya terjadi perubahan harga yang di luar kebiasaan dibandingkan periode sebelumnya.
Saham BEKS pada pukul 15:05 hari ini 8 April 2015 tercatat anjlok 10,26 persen ke Rp105. Padahal, BEKS sempat menyentuh Rp117 pada penutupan perdagangan kemarin. 

Bursa, dalam pengumumannya, mengaku sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini. Untuk itu bursa mengharapokan investor untuk memperhatikan beberapa hal.
Pertama, para investor harus memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa. Investor juga harus mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
Investor juga diminta mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS. Bursa juga meminta para investor untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Sandiaga Uno
Saham BEKS mendadak populer setelah bank terafiliasi Sandiaga Uno melalui Recapital ini dikabarkan dibeli oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP). Semenjak Kamis, 2 April 2015 saham BEKS langsung meroket dari 65 menjadi 117. (Baca juga: Suspensi BCAP dan BEKS Dicabut, Saham Langsung Melonjak)
Sebelumnya, perdagangan saham BEKS dan BCAP sempat dihentikan sementara (disuspen) oleh bursa karena tidak melapor proses akuisisi kepada bursa. Padahal hari ini saham BEKS hingga pukul 15.00 turun hingga 11 poin ke 106 atau turun 9,4 persen. (Selengkapnya baca di sini: Tidak Laporkan Proses Akuisisi, BCAP dan BEKS Kena Suspen Bursa) (hm)

Tuesday 24 March 2015

BBTN (PT. Bank Tabungan Negara Tbk.)

Bareksa.com - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengangkat Sukardi Rinakit sebagai Komisaris Utama dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) hari ini 24 Maret 2015 di Jakarta. Sukardi yang berlatar belakang politik ini dinilai dekat dengan Megawati Soekarnoputri. 
Pria yang kerap disapa Cak Kardi ini terkenal sebagai pengamat politik dengan latar belakang pendidikan Kriminologi Fisip Universitas Indonesia. Dia juga melanjutkan sekolahnya di Department of Southeast Asean Studies di Singapura dan Political Science di National University juga di Singapura. 
Sebelumnya, Cak Kardi juga pernah menjadi Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), staf peneliti di Center for Strategic and International Studies (CSIS), dan Sekretaris Jendral Perhimpunan Nasional Indonesia. 
Perhimpunan Nasional Indonesia didirikan oleh ekonom dan politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kwik Kian Gie.
Dalam RUPS BTN, Dewan komisaris sepenuhnya dirombak dengan tujuh anggota, sebelumnya hanya enam. Sementara itu, RUPS juga menyetujui pengangkatan empat anggota baru di dewan direksi dan memberhentikan dua anggota lama. 
Menanggapi keputusan dalam RUPS tersebut, Manajer Investasi BNI Asset Management Hari Septanto menilai pengangkatan komisaris utama bukan berlatar belakang ekonomi dapat berdampak negatif bagi kinerja bank yang menyalurkan kredit untuk perumahan tersebut. 
"Peranan komisaris utama sangat penting dalam hal pengambilan keputusan di bank, maka dia sebaiknya memiliki latar belakang perbankan maupun keuangan. Untuk memperbaiki kinerja BTN seharusnya dimulai dari memilih pemimpin yang kredibel dibidangnya." ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com pada 24 Maret 2015. 
Hari juga memberikan perbandingan dengan bank lain yang mengangkat Komisaris Utama dengan latar belakang perbankan seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang mengangkat Darmin Nasution sebagai Komisaris Utama. Darmin sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia periode September 2010 sampai Mei 2013. "Pengangkatan Sukardi jadi sangat timpang dibandingkan dengan Darmin," tambah Hari.
Hari menyayangkan jika BTN dipolitisasi, karena BTN merupakan bank yang strategis bagi pemerintah untuk membantu rakyat kecil memiliki rumah.
Berikut adalah susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi BTN yang baru. 
Dewan Komisaris Baru
Komisaris Utama Sukardi Rinakit
Komisaris Independen Amanah Abdulkadir
Komisaris Independen Kamaruddin Sjam
Komisaris Independen Catherinawati Hadiman
Komisaris Independen Arie Coerniadi
Komisaris Agung Kuswandono
Komisaris Lucky Fathul Aziz
Dewan Direksi Baru
Direktur Utama Maryono
Direktur Irman Alvian Zahiruddin
Direktur Mansyur Syamsuri Nasution
Direktur Iman Nugroho Soeko
Direktur Baru Adi Setianto
Direktur Baru Sis Apik Wijayanto
Direktur Baru Sulis Usdoko
Direktur Baru Oni Febriarto

Monday 23 March 2015

SSMS (PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk.)

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) membukukan laba bersih Rp737,82 miliar pada 2014, naik 16,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp631,66 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, Selasa (24/3/2015), disebutkan laba per saham dasar justru melorot menjadi Rp75 dari setahun sebelumnya Rp91.
Penjualan yang dibukukan emiten berkode saham SSMS tersebut mencapai Rp2,18 triliun sepanjang tahun lalu, naik dari setahun sebelumnya Rp1,96 triliun.
Akan tetapi, beban pokok penjualan juga mengalami peningkatan menjadi Rp1,02 triliun dari setahun sebelumnya Rp949,45 miliar. Laba kotor yang diraup Sawit Sumbermas mencapai Rp1,15 triliun dari Rp1,01 triliun pada 2013.
Laba usaha pada tahun lalu melorot tipis menjadi Rp933,06 miliar dari tahun sebelumnya Rp938,32 miliar. Laba sebelum pajak mencapai Rp986,88 miliar dari Rp853,41 miliar.
Sementara itu, total laba komprehensif tahun berjalan mencapai Rp737,82 miliar dari Rp631,66 miliar. Sedangkan, laba komprehensif tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp719,09 miliar dari tahun sebelumnya Rp576,82 miliar.
Hingga 31 Desember 2014, total aset Sawit Sumbermas mencapai Rp4,03 triliun dari setahun sebelumnya Rp3,7 triliun. Liabilitas mencapai Rp1,02 triliun dari Rp1,38 triliun dan ekuitas Rp3 triliun dari Rp2,31 triliun.

DSNG (PT. Dharma Satya Nusantara Tbk.)

kontan.co.id - JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan segera memberikan dividen kepada pemegang sahamnya. Emiten perkebunan ini akan menebar dividen Rp 105,98 miliar atau 16,31% dari raihan laba bersih 2014 sebesar Rp 649,79 miliar.
"Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tanggal 18 Maret, telah diputuskan pembagian dividen tunai tahun buku 2014 sebesar Rp 50 tiap saham," sebut Direktur Utama DSNG, Djojo Boentoro, dalam keterbukaan informasi, Senin, (23/3).
Berikut jadwal pembagian dividen DSNG:
Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 25 Maret
Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 26 Maret
Cum dividen di pasar tunai: 30 Maret
Ex dividen di pasar tunai: 31 Maret
Recording date dividen: 30 Maret
Pembayaran dividen: 17 April
Hari ini, saham DSNG tutup di harga Rp 4.640. Dengan perkiraan tersebut, artinya yield dividen DSNG adalah 1,07%.

Sunday 22 March 2015

GIAA (PT. Garuda Indonesia Tbk.)

koran-sindo.com - JAKARTA - Analis menilai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk perlu meningkatkan efisiensi perusahaan untuk memperbaiki kondisi keuangannya.

Sepanjang 2014 Garuda membukukan rugi bersih USD371,97 juta atau sekitar Rp4,65 triliun (dengan kurs Rp12.500/dolar AS). Analis Pefindo Guntur Tri Hariyanto mengatakan, dalam program Quick Wins yang merupakan program jangka pendek untuk memperbaiki kondisi keuangan perseroan, utamanya Garuda perlu memperhatikan penghematan biaya bahan bakar dan biaya sewa pesawat.

”Selain itu soal biaya pemeliharaan dan perbaikan, juga suku cadang. Semua beban keuangan itu naik signifikan di 2014,” kata Guntur kepada KORANSINDO, akhir pekan lalu. Menurut dia, efisiensi hingga Rp4 triliun yang ditargetkan perseroan bisa dicapai dengan menekan biaya-biaya operasional tersebut.

Dia menambahkan, perseroan juga harus mendorong kenaikan pendapatan agar bisa mendapatkan neraca keuangan yang positif tahun depan. Garuda, imbuh dia, saat ini masih diuntungkan oleh rendahnya harga minyak dunia. ”Untuk melihat keberhasilan program Quick Wins, investor akan menunggu laporan keuangan garuda di kuartal I/2015,” katanya.

Menurut dia, saham emiten berkode GIAA ini masih akan cenderung di level Rp500-550 hingga semester pertama tahun ini. Sebagai catatan, BUMN penerbangan ini pada tahun sebelumnya masih mencatat laba sebesar USD13,58 juta. Namun, beban usaha perseroan tahun lalu meningkat dari USD3,747 miliar menjadi USD4,295 miliar.

Selain itu, total kewajiban juga naik dari USD1,867 miliar menjadi USD2,184 miliar. Garuda sepanjang 2014 mencatat rugi usaha sebesar USD399 juta, dari laba sebesar USD63 juta di tahun sebelumnya. Direktur Utama Garuda Arif Wibowo mengatakan, kinerja keuangan perseroan pada tahun 2014 turun seperti halnya kondisi industri penerbangan dunia yang juga mengalami turbulensi.

”Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta harga bahan bakar yang sebelumnya sempat mencapai harga tertinggi, serta aspek regulatory yang kurang kondusif terhadap industri penerbangan telah memberi dampak yang luar biasa terhadap kinerja perusahaan penerbangan internasional, termasuk Garuda,” paparnya.

Selain itu, kata dia, kinerja keuangan Garuda dipengaruhi oleh adanya impairment loss yang dialami sebesar USD113,5 juta dari proses early termination, re-evaluasi aset, serta investasi yang dilakukan perusahaan di perusahaan penerbangan Merpati Nusantara Airline dan Gapura Angkasa.

Dari sisi angkutan penumpang, selama tahun 2014 Garuda Indonesia Group (termasuk anak usaha di segmen maskapai berbiaya rendah, Citilink) sebetulnya mencatat peningkatan. Garuda mengangkut sebanyak 29,14 juta penumpang, meningkat 16,7% dibanding tahun 2013 sebanyak 25 juta penumpang.

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Ari Askhara Danadiputra mengungkapkan , Garuda akan menandatangani perjanjian pinjaman sebesar Rp2,3 triliun dengan PT Bank Internasional Indonesia Maybank Tbk (BII). ”Pinjaman ini terdiri dari USD100 juta dan pinjaman rupiah Rp1 triliun, sehingga totalnya Rp2,3 triliun,” kata Ari.

Pinjaman ini, jelas dia, mempunyai tingkat suku bunga sebesar 3% untuk valuta asing dan 7,8% untuk pinjaman rupiah. Dia mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk pelunasan utang dolar yang jatuh tempo Juni sebesar USD350 juta.

Utang jatuh tempo yang akan dilunasi tersebut antara lain kepada PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Permata Tbk. Sedangkan, dana dalam bentuk rupiah akan dipakai maskapai penerbangan pelat merah itu untuk membeli avtur ke PT Pertamina (Persero).

Menurut Ari, Garuda memang telah berencana menerbitkan sukuk global senilai USD500 juta Mei mendatang. Namun, lantaran tidak ingin menambah bunga utang, perusahaan memilih berutang jangka pendek untuk melunasi utang jatuh tempo tersebut.

”Ini untuk biaya talangan dalam melunasi utang, dari pada menunggu sukuk yang akan diterbitkan pada pertengahan Mei 2015, karena kita tunggu laporan keuangan kuartal I/2015,” paparnya.

Heru febrianto 

BRAU (PT Berau Coal Energy Tbk.)

Logo PT. Berau Coal Energy Tbk. (BRAU)
Liputan6.com, Jakarta - PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) telah mencapai kesepakatan prinsip dengan sejumlah pihak untuk restrukturisasi atas surat utang/notes sekitar US$ 950 juta.
Utang jatuh tempo itu diterbitkan oleh Berau Capital Resources Pte Ltd masing-masing dengan kupon bunga 12,5 persen dengan nilai US$ 450 juta dan jatuh tempo pada 2015. Selain itu, utang jatuh tempo pada 2017 yang memiliki bunga 7,25 persen dengan nilai US$ 500 juta.
Pihak-pihak yang terlibat dalam restrukturisasi itu antara lain pihak tertentu secara agregat kurang lebih 23,7 persen dari jumlah utang atau disebut Steering Committee. Lalu ada NR Holdings Limited (NRH). The Hon Nathaniel Rothschild diketahui sebagai principal beneficiary dan penasehat-penasehatnya.
PT Berau Coal Energy Tbk memiliki dua skema dalam proses restrukturisasi ini. Pertama, lewat proposed notes exchange (PNE). Dengan mekanisme ini, induk usaha perseroan yaitu Asia Resource Minerals Plc akan menawarkan saham baru seharga 0,25 poundsterling per saham.
Total dana yang akan diraup dari rencana tersebut sekitar US$ 100 juta. Aksi korporasi ini dilakukan melalui penawaran terbuka yang dijamin oleh NRH.
Untuk melaksanakan PNE tersebut, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, Berau akan membayar surat utang sekitar US$ 118,75 juta. Dana pembayaran surat utang itu akan diperoleh dari hasil penawaran saham baru senilai US$ 100 juta dan dana kas.
Kedua, Berau juga menukar jumlah utang pokok dari 2015 dan 2017 dengan surat utang baru. Surat utang tersebut jatuh tempo Juli 2019 dan Desember 2020.
Tak hanya itu, Berau juga harus membayar sekitar US$ 23,75 juta untuk membayar jumlah pokok surat utang baru. Pembayaran itu dilakukan usai Berau mendapatkan fasilitas pinjaman bergulir sekitar US$ 50 juta.
Untuk kupon surat utang baru yang akan dibayarkan antara lain pada bulan ke 1-18 sebesar 6,75 persen terdiri dari 3 persen yang dibayarkan secara tunai dan 3,75 persen dalam bentuk payment inkind (PIK). Lalu bulan ke 19-30 dibayarkan kupon bunga sebesar 7,5 persen terdiri dari 3,5 persen yang dibayarkan secara tunai dan 4 persen dalam bentuk PIK.
Kemudian bulan ke 31-42, kupon bunga yang dibayarkan sekitar 8 persen terdiri dari 4,5 persen yang dibayarkan secara tunai dan 3,5 persen dalam bentuk PIK. Selain itu, bulan ke 43-54 dengan pembayaran kupon bunga sebesar 8,25 persen yang akan dibayarkan secara tunai. Untuk bulan-bulan berikutnya sekitar 9 persen dibayarkan secara tunai.
Kedua, mekanisme proposed equity offering (PEO) untuk restrukturisasi utang. Induk usaha PT Berau Coal Energy Tbk yaitu Asia Resources Minerals Plc akan menerbitkan saham secepat-cepatnya 27 Maret 2015.
"Pembicaraan antara Asia Resources Minerals dengan NRH mengenai proposed equity offering masih berlangsung," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), yang ditulis Minggu (22/3/2015). (Ahm/)

Saturday 21 March 2015

SMRA (PT. Summarecon Agung Tbk.)

Logo PT. Summarecon Agung Tbk. (SMRA)
Kontan.co.id - 21 Maret 2015 - JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk akhirnya meminta maaf kepada publik, terutama warga Gedebage, intansi terkait di jajaran Pemerintah Kota Bandung, dan warga Bandung keseluruhan. Permohonan maaf ini disampaikan GM Corporate Communication PT Summarecon Agung Tbk., Cut Meutia.
Mereka tidak pernah menyangka bahwa tahap persiapan yang sudah dilakukan di kawasan pengembangan Kota Summarecon Bandung, termasuk pembangunan rumah contoh, dan kantor pemasaran, berdampak terhadap kenyamanan beberapa pihak.
"Untuk itu, kami mohon maaf apabila persiapan yang kami lakukan mengganggu kenyamanan warga setempat, instansi terkait, serta warga Bandung secara keseluruhan," tutur Meutia, melalui surat elektronik yang dikirim kepada Kompas.com, Jumat malam (20/3).
Sebelumnya diberitakan, megaproyek Kota Summarecon Bandung, di kawasan Gedebage, Bandung, Jawa Barat, yang dikembangkan PT Summarecon Agung Tbk., dipastikan belum mengantongi izin. Pemerintah Kota Bandung mengancam akan menyegel, dan menghentikan proyek seluas 300 hektar tersebut.
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, mengatakan, semua pihak, harus mentaati aturan yang ada termasuk PT Summarecon Agung Tbk.  
"Jika belum ada izin harus dihentikan pembangunannya, termasuk pelanggaran menebang pohon kalau tak sesuai prosedur harus ada sanksi," ujar Emil panggilan Ridwan Kamil di Balai Kota, Rabu (18/03) seperti dikutip Tribunnews.
Emil menambahkan, semua pembangunan harus cepat tapi tetap harus mentaati aturan dan menempuh izin. Dia meminta masyarakat jangan menilai bahwa Bandung Technopolis itu Kota Summarecon Bandung.
"Bandung Technopolis itu tidak sama dengan Kota Summarecon Bandung tapi Kota Summarecon Bandung hanya bagian dari proyek Bandung Technopolis," tegas Emil.
Menurut Emil, Bandung Technopolis dikuasai 6 pemilik lahan yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung, PT Multidaya Kharisma, PT Batununggal Indah, Provident Development, dan PT Summarecon Agung Tbk.
"Summarecon memang paling besar dan mendominasi lahan Gedebage lebih dari 300 hektar," tandas Emil.
Saat ini, di dalam kawasan pengembangan Kota Summarecon Bandung, sudah dibangun tiga unit rumah contoh, dan satu kantor pemasaran. Namun, itu pun menurut Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Pempot Bandung, Iwa Koswara, tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).
Padahal, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya sudah sudah melayangkan surat peringatan kepada PT Summarecon Agung Tbk pada Februari 2015, terkait Kota Summarecon Bandung. Namun kenyataan di lapangan terjadi sebaliknya, pengembang tetap membangun rumah contoh dan kantor pemasaran.
Antusias
Meutia beralasan, persiapan proyek dilakukan dengan cepat dan penuh semangat karena termotivasi animo masyarakat yang antusias terhadap Kota Summarecon Bandung. Oleh karena itu, mereka berencana memulai perkenalan proyek kepada publik pada bulan April 2015. Meskipun proses perizinan masih berjalan.
"Karena izin masih dalam proses, kami tidak berani menyebutkan kepastian tanggal saat akan mulai memasarkan Kota Summarecon Bandung dalam beberapa materi iklan reklame," tambah Meutia.
Dia melanjutkan, pembangunan yang sekarang sedang berlangsung seperti infrastruktur jalan, rumah contoh, dan kantor pemasaran, merupakan bagian dari respon PT Summarecon Agung Tbk terhadap antusiasme masyarakat.
"Bangunan tersebut sifatnya sementara. Kami berharap fasilitas ini dapat menjadi bagian dari pelayanan dan informasi awal yang dibutuhkan masyarakat. Sementara untuk pembangunan proyek secara keseluruhan sama sekali belum kami lakukan. Kami menunggu seluruh perizinan selesai," tutur Meutia.
PT Summarecon Agung Tbk berjanji akan segera berkoordinasi dengan para instansi terkait agar proses perizinan dapat diselesaikan sesuai jadwal. (Hilda B Alexander)

ICBP (PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.)

Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Bareksa.com - 21 Maret 2015 - Produsen makanan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) membukukan laba bersih tahun 2014 sebesar Rp2,6 triliun atau Rp447 per saham, naik 17 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp2,2 triliun atau Rp382 per saham karena kenaikan penjualan bersih.
Penjualan bersih perusahaan terafiliasi Grup Salim ini naik 19,6 persen menjadi Rp30,02 triliun dibandingkan Rp25,09 triliun pada tahun 2013. Berdasarkan press release perusahaan, kenaikan penjualan tersebut didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata.
Indome Mi Goreng, salah saatu produk ICBP
Kontribusi terbesar penjualan bersih berasal dari mi instan yakni sebesar 65 persen terhadap penjualan penjualan konsolidasi, diikuti oleh produk susu (dairy) 18 persen, makanan ringan 7 persen, minuman 6 persen dan penyedap makanan sekitar 2 persen.
Meskipun penjualan bersih meningkat, margin laba bersih Indofood CBP turun tipis menjadi 8,7 persen dari 8,9 persen. Sementara margin laba kotor meningkat menjadi 26,8 persen dari 25,6 persen.
Melonjaknya beban penjualan dan distribusi hingga 43 persen menjadi Rp3,6 triliun menahan laju laba bersih lebih tinggi. Hal tersebut membuat laba usaha tumbuh tipis 12,9 persen menjadi Rp3,13 triliun dari Rp2,77 triliun.
Di sisi neraca, total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang terkenal dengan produk bermerek Indomie ini per akhir Desember 2014 naik 17 persen karena bertambahnya aset tidak berwujud sebesar 43 persen menjadi Rp2,76 triliun dari Rp1,9 triliun.
Sedangkan total liabilitas melonjak 23,3 persen menjadi Rp9,87 triliun karena adanya peningkatan pada beban akrual hingga 54 persen. Hal tersebut membuat rasio utang dibandingkan modal (debt to equity ratio/DER) naik menjadi 0,7 kali dari sebelumnya 0,63 kali. (hm)

Saham Trada Maritime Anjlok 23% Akibat Aksi Jual Sinarmas Sekuritas & HD Capital

Bareksa.com – 20 Maret 2015 - Sinarmas Sekuritas (DH) pada hari ini, Jumat 20 Maret 2015 tercatat melakukan penjualan terbanyak pada saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) dengan volume masing-masing sebanyak 507 ribu lembar atau Rp5,18 miliar. Volume penjualan oleh YP mencakup 9 persen dari total transaksi saham TRAM yang mencapai Rp57 miliar.
Selain DH, HD Capital (HD) juga tercatat melakukan penjualan terbanyak kedua dengan volume 425 ribu lembar dengan nilai penjualan Rp3,88 miliar. Akibat tekanan aksi jual, saham perusahaan perkapalan migas tersebut turun hingga 22,94 persen menjadi Rp84 per saham dari sebelumnya Rp109.

ADHI (PT. Adhi Karya Persero Tbk.)

Bareksa.com -20 Maret 2015 - Perusahaan kontraktor pelat merah PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan membagikan dividen tunai sebesar total Rp64,81 miliar atau Rp53,97 per saham.
Presiden Direktur ADHI, Kiswodarmawan, mengatakan pembagian dividen yang setara dengan 20 persen dari perolehan laba tahun 2014 tersebut telah disetujui oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini 20 Maret 2014. Rasio pembagian dividen tahun ini lebih kecil daripada tahun lalu yang mencapai 30 persen. 
"Soal dividen ya maunya nol persen agar punya ekuitas cukup buat leverage. Namun, kita kurangi (dari jumlah tahun lalu) alhamdulilah disetujui. Tujuanya agar ekuitas bertambah sehingga daya investasi dan daya leverage naik," tuturnya setelah RUPS di Jakarta. 
Seperti diberitakan sebelumnya, laba tahun 2014 tercatat Rp324 miliar, 20,2 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp405 miliar, turunnya laba disebabkan karena penurunan pendapatan sebesar 12 persen menjadi Rp8,6 miliar dari sebelumnya Rp9,7 miliar. Sehingga marjin laba bersih perseroan tahun 2014 turun menjadi 3,7 persen, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,1 persen.
Selain pembagian dividen tunai, para pemegang saham juga telah menyetujui susunan manajemen yang berada di Dewan Komisaris dengan masuknya tiga anggota baru yaitu Hironimus Hilapok, Rildo Ananda Anwar dan Wicipto Setiadi. Sedangkan dewan Direksi tidak mengalami perubahan.
Berikut susunan Dewan Komisaris yang baru:
Imam Santoso Ernawi (Komisaris Utama),
Bobby Achirul Awal Nazief (Komisaris),
Muchlis R. Luddin (Komisaris Independen),
Hironimus Hilapok (Komisaris Independen),
Rildo Ananda Anwar (Komisaris),
Wicipto Setiadi (Komisaris Independen).

Monday 16 March 2015

BULL (PT. Buana Listya Tama Tbk.)

Metrotvnews.com, Jakarta: 17 Maret 2015 - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali membuka kembali perdagangan saham PT Buana Listya Tama Tbk (BULL). Pembukaan suspensi ini mempertimbangkan rampungnya proses restrukturisasi utang perseroan.

"Suspensi ini mempertimbangkan selesainya proses restrukturisasi utang perseroan dengan Merrill Lynch (Asia Pacific) Limited dan Orchard Centar Master Limited," tutur P.H. Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Group I, Imron Hamzah, dalam laporannya di keterbukaan informasi BEI, Selasa (17/3/2015).

Menurut dia, bursa memutuskan untuk melakukan pencabutan penghentian sementara perdagangan efek perseroan di seluruh pasar terhitung sejak sesi pertama perdagangan efek Senin 16 Maret 2015.

Sebelumnya, pada 3 Maret 2015, saham perseroan disuspensi BEI di pasar negosiasi sehubungan dengan pelaksanaan pembelian saham odd lot.

Pembelian saham tersebut dilakukan oleh pembeli siaga terkait pelaksanaan reverse stock, serta mempertimbangkan penyelesaian utang perseroan dengan Merrill Lynch Credit Products, LLC, dan Orchard Centar Master Limited (MLOR).
AHL. Sumber :  Metrotvnews.com

Saturday 31 January 2015

APLN (PT. Agung Podomoro Tbk.)

JAKARTA. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) bersiap menggulirkan proyek Pluit City yang melibatkan reklamasi pantai utara Jakarta. Melalui anak usahanya, PT Muara Wisesa Samudra (MWS), pengembang ini menunjuk PT Boskalis dan Van Oord sebagai kontraktor untuk pengerukan dan pembuatan lahan proyek tersebut.
Wibisono, Hubungan Investor Agung Podomoro mengatakan, perusahaan itu harus merogoh kocek hingga Rp 4,9 triliun untuk membayar kedua kontraktor tersebut. Nilai kontrak itu di luar belanja modal Agung Podomoro tahun ini yang berkisar Rp 6,5 triliun sampai Rp 7,5 triliun. "Kami memilih kontraktor yang sudah terkenal dalam membuat pulau reklamasi," ujar Wibisono pada KONTAN Jumat (30/1).
Boskalis terlibat dalam beberapa proyek reklamasi di dunia, seperti pembangunan bandara internasional New Doha di Qatar dan Pusan Newport di Korea Selatan. Sementara Van Oord pernah menggarap reklamasi saat terlibat di proyek Palm Jumeirah dan The World Dubai di Arab Saudi.
Kedua kontraktor itu akan mengerjakan proyek reklamasi seluas 160 hektare (ha) yang ditargetkan rampung pada 2018 mendatang. Setelah pulau reklamasi kelar, Agung Podomoro baru membangun proyek Pluit City.
Logo PT. Agung Podomoro Tbk.  (APLN)
Proyek ini terdiri dari tiga pulau buatan. Sekitar 60% dari luas lahan akan digunakan sebagai lahan proyek residensial dan komersial. Di pulau hasil reklamasi, Agung Podomoro akan membangun 20 menara apartemen, yang masing-masing berisi 500 unit, 1.200 ruko, perumahan, vila, perkantoran, dan mal. "Kami akan bangun township baru di sana dengan komposisi terbesar merupakan residensial," kata dia.
Untuk mengidentifikasi pasar Pluit City, Agung Podomoro telah melakukan soft launching sejak pertengahan Januari lalu. Para konsumen yang tertarik membeli sudah bisa memberikan booking fee, sebelum melakukan proses jual beli.
Wibisono bilang, pra peluncuran proyek bertujuan untuk melihat animo masyarakat terhadap proyek tersebut, sebelum perusahaan itu melakukan menggelar pemasaran proyek Pluit City. Sementara itu, untuk waktu pemasaran dari proyek Pluit City sendiri belum ditentukan pengembang ini.
Pasalnya, untuk melakukan pemasaran, Agung Podomoro harus terlebih dahulu mengantongi sejumlah izin. Salah satunya adalah izin tata ruang. "Kami sedang menunggu semua izin keluar. Jika izin sudah keluar, kami bisa memasarkan proyek tersebut. Kami harap tahun ini bisa memasarkan proyek Pulit City," ujar dia.
Sumber : kontan.co.id